Jatuhnya Konstantinopel
Pada 29 Mei 1453, Khalifah Utsmaniyah yang berpusat di Turki berhasil menguasai Konstantinopel. Kota ini sebelumnya termasuk wilayah kekuasan Kerajaan Romawi–Byzantium. Perebutan Konstantinopel ini dipimpin oleh Raja Turki, Sultan Mehmed II. Konstantinopel, sejak lama merupakan kota yang diperebutkan, bukan hanya karena sejarah kejayaannya, tetapi juga karena kota ini merupakan salah satu titik penting dalam jalur perdagangan darat yang menyambungkan Eropa dengan Asia.
Setelah Konstantinopel diduduki Turki Usmani, jalur perdagangan darat Asia–Eropa terputus. Hal tersebut dikarenakan Turki Usmani melarang orang-orang Eropa melewati Konstantinopel. Bangsa-bangsa Eropa lantas kesulitan untuk mendapatkan akses berdagang ke Asia. Sebab, Konstantinopel merupakan wilayah yang dijadikan sebagai pintu masuk perdagangan Asia dan Eropa.
Permintaan pasar terhadap rempah-rempah, kain sutra, dan obat-obatan di sisi lain semakin meningkat. Bangsa-bangsa Eropa kesulitan memenuhi permintaan tersebut. Hal ini memaksa mereka mencari jalur pedagangan lain selain Konstantinopel, misalnya bangsa-bangsa di Asia seperti Indonesia.
Pasca penaklukan, Sultan Mehmed II berdiam di Konstantinopel selama 23 hari lamanya pasca penaklulan, menyelesaikan segala urusan-urusannya, dan mengatur pengelolaan kota yang baru ditakluk itu. Dia lantas membuka satu permulaan dari dekritnya soal kota itu, bahwa Konstantinopel dijadikannya sebagai ibu kota.
Dia kemudian mengambil gelar “al-Fātih” (bahasa Arab: penakluk) dan “Abul-Fath” (bahasa Arab: bapak penakluk). Inilah yang membuatnya dikenal dengan nama “Muhammad al-Fātih”. Nama tersebut dalam bahasa Turki Utsmaniyah ditulis فاتح سُلطان مُحمَّد خان ثانى atau “Fatih Sultan Muhammad Khan Tsani”, sedangkan dalam bahasa Turki modern ditulis dengan sebutan “Fâtih Sultan Mehmed Han II”.
Namun bangsa Romawi akhirnya dikalahkan oleh bangsa Persia.
Hal itu sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 2.
Artinya: Bangsa Romawi telah dikalahkan,
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
Penulis: Fandy Aprianto Rohman
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Kedatangan Bangsa Eropa ke Kepulauan Nusantara
Putusnya jalur perdagangan Asia–Eropa mendorong kerajaan-kerajaan di Eropa untuk mencari jalur perdagangan baru. Kali ini, tidak melalui darat yang sudah dikuasai oleh Turki Usmani. Mereka mencari jalur lain yang lebih sulit dan berbahaya, yaitu mencoba menelusuri surga rempah-rempah lewat pelayaran. Laut menjadi jalan yang ditempuh bangsa Barat untuk menemukan rempah-rempah.
Portugis dan Spanyol menjadi negara yang pertama melakukan penjelajahan. Mereka akhirnya berhasil mencapai kepulauan rempah-rempah di timur jauh alias Asia Tenggara. Pada 1512, armada laut Portugis sampai ke Malaka. Portugis tiba di Kepulauan Nusantara dengan membawa serta 1.200 orang dan 18 buah kapal. Ini merupakan awal mula kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.
Spanyol kemudian datang ke Kepulauan Nusantara setelah Portugis. Belanda lantas mengikutinya, bahkan memiliki pengaruh yang jauh lebih dalam daripada dua bangsa Eropa sebelumnya. Ini dikarenakan penjajahan yang Belanda lakukan berlangsung sangat lama.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai latar belakang bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra. Melalui pemaparan di atas, dapat diketahui jika alasan terbesar kedatangan bangsa Eropa datang ke Indonesia atau Kepulauan Nusantara adalah demi rempah-rempah. Rempah-rempah adalah bahan baku yang berharga di Eropa.
Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang kegiatan pencarian rempah-rempah oleh bangsa-bangsa Eropa itu di Kepulauan Nusantara, mulai dari latar belakang hingga proses kolonialisme yang dilakukan.
Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang sejarah Indonesia agar bisa memaknainya secara penuh. Selamat membaca.
Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.
Perkembangan Teknologi dan Sains
Setelah kekalahan di Perang Salib, perkembangan teknologi dan sains di Eropa justru berkembang pesat seiring berakhirnya fase Abad Gelap dan digantikan dengan Renaisans atau Abad Pencerahan sejak abad ke-15 M. Selain itu, kekalahan Perang Salib membuat bangsa-bangsa Eropa menyadari kekurangan mereka dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan.
Pada masa-masa itu, muncul teori heliosentrisme yang diperkenalkan oleh Nicolas Copernicus dan Galileo Galilei. Pembuktian-pembuktian bahwa bumi berbentuk bulat dan mempunyai orbit yang mengelilingi matahari dapat dilakukan setelah ilmu astronomi ditemukan dan berkembang.
Teori ini membuka tabir bahwa pengetahuan orang Eropa atas dunia ternyata begitu sempit. Inilah yang menyebabkan munculnya keinginan untuk mencari tahu hal-hal yang belum diketahui tentang alam semesta, keadaan geografi dunia, dan tentang bangsa-bangsa lain yang ada di belahan dunia lain.
Keinginan untuk menjelajah tersebut ditunjang oleh berkembangnya teknologi pelayaran, seperti ditemukannya kompas, meriam, dan alat-alat lainnya, juga perkembangan ilmu astronomi dalam navigasi pelayaran. Teknologi dan pengetahuan membuat pencarian tempat penghasil rempah-rempah dapat dilakukan melalui laut, tidak melalui darat yang sudah terputus karena jatuhnya Konstantinopel.
Pada akhirnya, penjelajahan samudera yang dilakukan bangsa-bangsa Eropa disertai semangat 3G, yaitu gold (kekayaan), glory (kejayaan), dan gospel (menyebarkan agama Nasrani). Selain itu, orang-orang Eropa ingin mencari dan bertemu Prester John yang mereka yakini sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur.
Apabila ditelusuri, semboyan 3G pertama kali dicetuskan oleh Paus Alexander VI dari Vatikan setelah menyelesaikan perselisihan antara Portugis dan Spanyol dengan Perjanjian Tordesilas pada 1494.
Gold berarti keinginan memperoleh kekayaan di wilayah-wilayah baru yang ditemukan, yaitu emas, perak dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang sangat berharga. Waktu itu, wilayah utama yang dituju adalah Guinea dan rempah-rempah dari Timur. Kekayaan yang dieksploitasi dari daerah baru itu kemudian digunakan untuk kepentingan kerajaan atau negara imperialis.
Glory diartikan sebagai kejayaan atau untuk menguasai wilayah yang didatangi dan dijadikan sebagai koloni. Selain itu, glory juga merupakan semboyan memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan melalui penjajahan. Dalam kaitan ini, mereka saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya. Kepulauan Nusantara misalnya, pernah cukup lama menjadi jajahan Belanda.
Gospel merupakan misi menyebarkan ajaran Nasrani (Kristen Katolik dan Kristen Protestan). Misionaris bangsa-bangsa Eropa menyebarkan agamanya di wilayah-wilayah baru yang mereka datangi. Setiap kapal milik bangsa-bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan samudra selalu diikuti kelompok misionaris, yang menganggap penyebaran ajaran Injil merupakan panggilan hidup dan tugas mulia. Mereka kemudian memanfaatkan daerah koloni sebagai tempat menjalankan misi tersebut.
Dalam perkembangannya, semboyan 3G terbukti membawa dampak negatif terhadap negeri-negeri di Timur, khususnya istilah gold dan glory. Sebab, dalam istilah gold, suatu negara dikatakan makmur apabila mempunyai kekayaan yang melimpah. Hal ini mendorong bangsa Barat untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya dari negeri Timur, termasuk di Kepulauan Nusantara dengan menguasai rempah-rempahnya. Selain itu, semboyan glory mendorong bangsa Eropa untuk memiliki daerah kekuasaan yang luas.
Mencari Kepulauan Rempah-Rempah
Merle Calvin Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200–2004 (2007) menyebutkan jika alasan terbesar kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia atau Kepulauan Nusantara adalah demi rempah-rempah. Rempah-rempah adalah bahan baku yang berharga di Eropa. Bangsa Eropa menjadikan rempah sebagai bahan baku obat, parfum, makanan, dan yang terpenting adalah pengawet makanan.
Orang-orang Eropa kala itu mesti menyembelih semua ternaknya. Jika tidak, ternak akan mati karena suhu dingin. Daging ternak tersebut harus diawetkan, tetapi bahan pengawet makanan waktu itu adalah rempah-rempah. Terputusnya jalur perdagangan karena Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani membuat bangsa-bangsa Eropa tergerak untuk mencari jalur perdagangan rempah sendiri.
Selain India, Kepulauan Nusantara waktu itu sudah terkenal sebagai penghasil rempah. Pala, lada, dan cengkeh adalah komoditas bernilai sangat mahal. Namun, Portugis, Spanyol, dan Belanda tidak datang ke Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan warganya akan rempah semata. Mereka juga berniat untuk memonopoli perdagangan rempah.
transliterasi Indonesia
Telah dikalahkan bangsa Romawi) mereka adalah ahli kitab yang dikalahkan oleh kerajaan Persia yang bukan ahli kitab, bahkan orang-orang Persia itu penyembah berhala. Dengan adanya berita ini bergembiralah orang-orang kafir Mekah, kemudian mereka mengatakan kepada kaum Muslimin, "Kami pasti akan mengalahkan kalian, sebagaimana kerajaan Persia telah mengalahkan kerajaan Romawi."
Terjemahan halaman 404 dari Quran
Namun bangsa Romawi akhirnya dikalahkan oleh bangsa Persia.
Hal itu sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 2.
Artinya: Bangsa Romawi telah dikalahkan,
Tafseer Assadi - Arabe
كانت الفرس والروم في ذلك الوقت من أقوى دول الأرض، وكان يكون بينهما من الحروب والقتال ما يكون بين الدول المتوازنة.وكانت الفرس مشركين يعبدون النار، وكانت الروم أهل كتاب ينتسبون إلى التوراة والإنجيل وهم أقرب إلى المسلمين من الفرس فكان المؤمنون يحبون غلبتهم وظهورهم على الفرس، وكان المشركون -لاشتراكهم والفرس في الشرك- يحبون ظهور الفرس على الروم.فظهر الفرس على الروم فغلبوهم غلبا لم يحط بملكهم بل بأدنى أرضهم، ففرح بذلك مشركو مكة وحزن المسلمون، فأخبرهم اللّه ووعدهم أن الروم ستغلب الفرس.
The Byzantines have been defeated
Jakarta, tvOnenews.com - Romawi adalah salah satu bangsa yang amatlah berkuasa di masanya.
Saat Rasulullah SAW berdakwah dalam menyebarkan agama Islam, kekaisaran Romawi juga masih berkuasa.
Jakarta, tvOnenews.com - Romawi adalah salah satu bangsa yang amatlah berkuasa di masanya.
Saat Rasulullah SAW berdakwah dalam menyebarkan agama Islam, kekaisaran Romawi juga masih berkuasa.